JAKARTA – Sejak Minggu pagi (20/10/2024), area sekitar Bundaran Hotel Indonesia di pusat Jakarta sudah dipenuhi warga.
Dua panggung disiapkan di dua sisi bundaran itu agar warga bisa menyaksikan bersama siaran langsung pelantikan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.
Sebagian nampak riuh ketika iring-iringan Presiden Joko Widodo melewati ruas jalan itu untuk terakhir kalinya sekitar pukul 10.00 WIB.
“Saya ingin melihat Presiden Joko Widodo karena 10 tahun kepemimpinannya, ini hari terakhirnya beliau untuk memimpin Indonesia,” ungkap Ceria Yuliani, seorang warga Bekasi.
Dia datang sejak pukul 07.00 WIB bersama anaknya yang berusia sekitar tujuh tahun menggunakan KRL.
“Ketika melihat Pak Jokowi, ada rasa haru sedikit, tapi ya senang saja karena ada Pak Prabowo yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan,” tambahnya.
Kendati Prabowo memiliki rekam jejak yang kelam di masa lalu, Ceria meyakini bahwa “orang bisa berubah”.
“Kita lihat lima tahun ke depan, kalau memang tidak bagus [menjadi presiden] dan mencalonkan lagi, ya tidak usah dipilih lagi,” cetusnya.
Sementara di panggung lainnya, Halimah, warga Tangerang berusia 54 tahun yang sejak 2014 mendukung Prabowo, terlihat bersorak haru ketika melihat momen Prabowo dilantik menjadi presiden dari layar besar yang disediakan.
“Saya dari tahun 2014 sampai 2019 tetap [pilih] Prabowo [tapi] enggak menang. Hari ini, 2024 menang, Alhamdulillah saya nyolok Pak Prabowo juga.”
Halimah mengaku juga menyukai sosok Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden, “Saya pengen anak muda yang memimpin, jangan orang tua terus, ganti yang anak muda biar ada prestasinya ke depannya.”
Pengecualian untuk Prabowo yang menurutnya menjadi kombinasi yang baik.
Ceria dan Halimah mengaku terpincut program makan gratis yang diutarakan Prabowo-gibran pada masa kampanye pilpres lalu.
“Saya melihat program Pak Prabowo lebih masuk akal ketimbang calon presiden lainnya kala itu,” jelas Ceria.
Sementara itu, massa gabungan dari kelompok sipil melangsungkan aksi protes bertepatan dengan pelantikan Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
Peserta aksi menempelkan poster protes di badan mereka dan menaiki MRT sepanjang Stasiun Lebak Bulus menuju Dukuh Atas.
Beberapa di antara mengkritik pelbagai kebijakan pada era Jokowi-Maruf dan pemerintah yang akan datang Prabowo-Gibran.
“Kami adalah warga mengkritisi kebijakan pemerintah Jokowi dan juga ingin mengkritisi kebijakan yang nantinya akan diambil oleh pemerintah selanjutnya, yaitu Presiden Prabowo Sudianto dan juga Gibran Rakabuming Raka,” kata Wana Alamsyah, Koordinator Divisi Pengelolaan Pengetahuan ICW yang turut dalam aksi protes ini.
Dia kemudian mengungkapkan bahwa di tengah aksi mereka, anggota polisi merampas poster-poster yang mereka bawa. Dia pun menuding penegak hukum berlaku standar ganda terhadap mereka yang menyampaikan ekspresinya.
“Bagi kami, apa yang tadi kami lakukan yang kemudian direpresi oleh penegak hukum, polisi, itu merupakan suatu bentuk ekspresi,” kata Wana.
“Kalau kita lihat sekarang semua orang ekspresinya adalah merayakan pemerintahan Prabowo. Tapi ketika kami ingin merayakan juga terhadap kritik-kritik yang setelah kami sampaikan itu malah direpresi,” ujarnya kemudian.
Menurutnya, polisi tidak memiliki argumentasi kuat untuk mengambil sejumlah perangkat-perangkat aksi yang kami bawa.(bbc/bj)