SHANGHAI – Untuk membantu orang-orang dengan gangguan penglihatan (tunatera), tim peneliti China mulai melakukan uji lapangan untuk robot berkaki enam yang disebut “anjing pemandu.”
Tidak seperti anjing pemandu tradisionoal, anjing robot ini disebut mampu menavigasi lingkungan fisiknya melalui kamera dan sensor, termasuk mengenali sinyal lampu lalu lintas.
Robot yang berukuran sedikit lebar dari Bulldog Inggris ini mampu berkomunikasi, mendengarkan, dan berbicara dengan operator yang tunanetra. Kemampuan ini dikarenakan robot pemandu ini menggunakan teknologi AI yang terintegrasi dalam pengenalan suara, kemampuan perencanaan rute, dan pengenalan lampu lalu lintas.
Untuk membuat robot ini berjalan dengan lancar dan memiliki kestabilan yang maksimal, robot ini didesain dengan memiliki enam kaki.
“Ketika tiga kaki diangkat, masih ada tiga kaki seperti tripod kamera. Itu bentuk yang paling stabil,” kata Profesor Gao Feng, kepala tim peneliti di Sekolah Teknik Mesin Universitas Jiao Tong di Shanghai, Jumat (12/7/2024).
Di antara penyandang tunanetra yang membantu tim peneliti menguji robot tersebut, terdapat sepasang suami istri Li Fei (41) dan Zhu Sibin (42). Li mengalami buta total, sedangkan Zhu hanya bisa melihat sedikit dan biasanya menggunakan tongkat untuk membantunya bergerak.
Mereka pun menguji robot tersebut dengan perintah berbahasa Mandarin.
“Jika robot anjing pemandu ini hadir di pasaran dan saya dapat menggunakannya, setidaknya robot ini dapat menyelesaikan sebagian masalah saya saat bepergian sendiri,” kata Li.
“Misalnya, jika saya ingin pergi bekerja, ke rumah sakit, atau ke supermarket. Saat ini saya tidak dapat pergi sendiri dan harus ditemani oleh keluarga atau relawan,” ujarnya.
Selain China, Australia dan Inggris juga sedang menguji robot anjing pemandu sejenis.
Gao menyebut salah satu alasan tim peneliti membuat anjing pemandu robotic adalah terbatasnya jumlah anjing pemandu tradisional yang hanya sekitar 400 ekor, sedangkan jumlah orang tunanetra di China sendiri hamper menyentuh angka 20 juta jiwa.
Kepemilikan hewan peliharaan dan hewan pembantu juga merupakan konsep yang relatif baru di negara ini, yang berarti banyak tempat kerja, restoran, dan area publik lainnya tidak akan menyambut pembantu yang lebih tradisional seperti Labrador.
Tidak seperti anjing-anjing tersebut, yang jumlahnya akan selalu terbatas karena keterbatasan alami pengembangbiakan dan pelatihan intensif yang dibutuhkan, Gao mengatakan produksi anjing pemandu robot dapat ditingkatkan, terutama di pusat manufaktur besar seperti China.
“Ini seperti mobil. Saya dapat memproduksinya secara massal dengan cara yang sama seperti mobil, sehingga harganya akan lebih terjangkau,” kata Gao.
“Saya pikir ini bisa menjadi pasar yang sangat besar, karena mungkin ada puluhan juta orang di dunia yang membutuhkan anjing pemandu,” ujarnya.(cnn/klt)