MEDAN – Kepala Cabang (Kacab) Tirtanadi Medan Labuhan, Oktavia Anggraini, membantah adanya pemberitaan miring perihal tagihan pelanggan yang melonjak beberapa waktu lalu.
“Tidak benar ada pembayaran rekening yang melonjak,” ujar Oktavia Anggraini ketika dihubungi melalui telepon selularnya, Ahad (12/10).
Dikatakan Reni, berdasarkan pengaduan pelanggan melalui Call Center Tirtanadi pada 2 Oktober 2025, sekiranpukul 11.00 WIB, dengan nomor tiket Tirtanadi 0106780877, pelanggan komplain karena tagihan airnya melonjak.
Selanjutnya, kata Reni, seluruh petugas pencatat meter sudah dilengkapi dengan sistem yang terintegrasi antara meter sebagai acuan pemakaian pelanggan melalui aplikasi yang digunakan pencatat meter, dengan metode penghitungan terhadap pemakaian air pelanggan.
Dikatakannya, terbukti dan sesuai dengan angka di meter pelanggan dan setelah ditelusuri permasalahannya selama 9 bulan pintu terkunci.
“Petugas kesulitan melihat angka di meter karena pintu tempat usaha pangkas itu sering tutup,” ujar Reni.
Untuk ituz Reni menghimbau kepada masyarakat pelanggan, jika pintu rumah ataupun tempat usaha terkunci agar membuat papan angka meter di depan/pagar rumah untuk memudahkan petugas dalam melakukan pencatatan meter air, sehingga tidak terjadi hal yang merugikan pelanggan sendiri maupun Tirtanadi.
“Kami himbau dan mohon kerjasamanya kepada masyarakat pelanggan jika akan bepergian rumah dan pintu rumah atau pintu tempat usaha terkunci dalam waktu yang lama agar meletakkan papan angka meter di depan atau pagar rumah ataupun tempat usaha agar memudahlan petugas yang datang untuk mencatat meter air,” harap Reni.
Diberitakan sebelumnya, Kenaikan tagihan air PAM yang tak masuk akal dialami Suherlin, warga Medan Labuhan. Bulan Oktober ini, ia terkaget-kaget karena harus membayar tagihan sebesar Rp503.000, naik 4 kali lipat dari bulan sebelumnya, atau 400 persen.
“Bulan Agustus cuma Rp131.000. Bulan September naik sedikit jadi Rp158.000. Tapi, coba lihat yang ini, sampai lima ratus ribu lebih,’ ungkapnya, sembari menunjukkan tagihan bulan Oktober.
Ia pun terheran-heran dengan angka tagihan air yang melonjak begitu besar.
”Bagaimana mungkin, air yang saya pakai sama saja. Ini bukan naik, ini namanya perampokan berkedok tagihan!” sergah Suherlin.
Selanjutnya, ia pun mengonfirmasi tagihan tersebut ke PERUMDA Tirtanadi Cabang Medan Labuhan. Tapi jawaban dari petugas di sana membuatnya semakin bingung. Sebab, mereka beralasan bahwa lonjakan terjadi karena kesulitan petugas melakukan pembacaan meteran rutin.(bj)







